Bahagia,
memang bahagia yang kurasakan saat pertama kali kita bertemu, saat pertama
menggandeng tanganmu kala hujan dimalam hari turun mengguyur pergantian tahun
baru, kau peluk erat ragaku yang menggigil kedinginan. Betapa indahnya bila aku
menjadi yang pertama untukmu, tak pernahkah kau berpikir sedikitpun tentang
keteguhan perasaan, terombang-ambing menempatkan hal yang paling indah tepat
pada sasaran.
Mungkin kau
bertanya-tanya, penasaran akan apa tujuanku. Semenjak hadirnya luka pertama
yang kau ciptakan atas masa lalumu (Parking Area, Tunjungan Plaza), persepsi
pola pikirku mulai terancam tak sedikitpun bening, hingga akhirnya terealisasi
kata “Akan kuhapus hal itu dengan perlakuan yang sama”. Itu hal pertama yang
paling bodoh kulakukan, tak kuasa aku mengalir mengikuti arusmu. Hal kedua yang
mungkin bisa kuungkapkan dengan kata “Luka Abadi”, namun tak seabadi yang kamu
pikir, hal ini bukan lagi kesalahan masa lalumu. Kau lakukan hal yang sama
dengan luka pertama bahkan lebih menakutkan, perasaan, hati, berkecamuk didalam
air laut sedalam-dalamnya, ingin meraih nafas namun disesakkan oleh air, air lukamu.
Disini aku mulai tak berdaya lagi, dengan tangisanmu, kau memohon meminta untuk
kembali. Hal bodoh apa yang kau lakukan ? (kesenanganmu ?) aku kira bukan, itu
semua hanya kamu yang tahu. Namun persepsiku berkata kau sungguh menikmati hal
bodoh itu dengan sembarang orang. Aku masih ingat hal yang paling bodoh kau
katakan “aku terima kamu selingkuh”. Sebegitu mudahnya kah kau terima bila
perlakuan itu benar-benar kulakukan ? (jawabannya tidak). Akhirnya aku
memutuskan untuk berhenti sejenak berhubungan denganmu hanya untuk mengambil
nafas segar. Bukan berarti mencari yang lain, perasaan ini tertancap sangat
dalam untukmu, aku terbelenggu.
Wanita lain,
yang kau anggap sebagai penggantimu, itu salah. Aku hanya merefresh pikiranku
kembali pada jalan yang benar, karena tak ada satupun teman yang mau diajak
keluar berdua. Aku cerita tentang semua masalahku, sebagai posisi kamu korban. Mungkin
ini sedikit membuatmu memalukan, dia mendukungku untuk kembali padamu, dia
mengubah persepsiku, karena dia juga pernah mengalami hal sepertimu dan satu hal dari dia “tak mengubah sahabat jadi cinta”. Sesaat aku
berpikir, terlalu banyak maunya sebagai teman (memanfaatkan). Diberi sekali
lama-lama melonjak. Mungkin ini membuatmu bingung, tapi ini kebenarannya. Disisi
lain kau mendengar ucapannya yang kau anggap sebagai sahabat yang mengerti
segalanya seperti Tuhan yang selalu ada disampingmu. Tidak ada kemutlakan
apapun yang mampu membenarkan, karena hanya aku, dia, dan yang benar-benar
Tuhan (mengetahui).
Saat kau
percaya ucapannya (sahabatmu), dan dengan sedikit rangkaian candaan berkas
pesanku dengannya (wanita lain). Hal itu yang akan menghancurkanmu, apa masih
pantas kau sebut sahabat ? (kemungkinan iya), karena satu hal yang membuatmu
terikat, rasa percayamu yang salah. Dibalik itu semua dengan mudahnya kau
menempatkan perasaan kepada lelaki lain, bagiku (wanita macam apa ini). Sekali lagi aku
masih ingat betul perkataan kasarmu saat kau menganggapku selingkuh, “mungkin
kalo kamu cewek p***k kali ya”. Mungkin hal itu harusnya kembali pada dirimu
sendiri bila kau menyadarinya. Terlalu dekat, menyentuhkan, kau yang mendekati
(masalah utama), beredar foto berdua namun tak hanya satu lelaki yang kulihat,
mungkin dua.
Hal yang
paling memberatkanku, mengapa kau begitu mudahnya melakukan, mendekatkan,
memulai dengan lelaki lain saat aku tak benar-benar melepasmu, karena dengan
melepasmu aku tahu sifatmu yang sebenar-benarnya, kamu terlalu lemah untuk
hidup sendiri, kamu bukan pemerhati lingkungan, kamu tak peduli dengan harga
dirimu saat kehilangan arah. Untuk yang terakhir kalinya aku takut berpura-pura
melepasmu lagi, aku takut kau kehilangan arah yang akan semakin membuat aku
sakit.
Baru-baru
ini aku memikirkan satu persepsi yang sempurna, “aku akan mempertahankanmu,
bila melepasmu, apa aku tahu orang baru yang akan membahagiakanku benar-benar
tulus ?, memiliki masa lalu yang bening ?, dan apakah nantinya tidak akan
memberi luka baru ? (pastinya memberi luka) entah lebih parah tau tidak”. Yang terpenting
adalah kamu bisa mengolah masa lalumu menjadi satu pembelajaran hidup yang
berarti, karena aku yang merasakan sakit, balaslah dengan baik.
Masih banyak
lagi yang ada dalam kenanganku namun tak sepenuhnya kugoreskan pada selembar
kertas putih.
Mengingat
kembali, hal ini terlalu indah saat kita bergandeng tangan namun ternodai
kesalahan-kesalahan yang datang, namun kita bisa memberikan kebaikan-kebaikan
untuk menghapus kesalahan dan tetap percaya teguh pada perasaanmu.
Begitu banyak kenangan indah terhapuskan oleh kesalahan fatal yang sedikit. Karena setitik kesalahan bisa mengubah segalanya sepertihalnya penyakit, awalnya hanya panas, jika kita biarkan hal itu memungkinkan membawa kita pada kematian.. namun tentang semua ini akibat akhirnya adalah sebuah kematian perasaan (hampa), tak merasakan apapun.
Begitu banyak kenangan indah terhapuskan oleh kesalahan fatal yang sedikit. Karena setitik kesalahan bisa mengubah segalanya sepertihalnya penyakit, awalnya hanya panas, jika kita biarkan hal itu memungkinkan membawa kita pada kematian.. namun tentang semua ini akibat akhirnya adalah sebuah kematian perasaan (hampa), tak merasakan apapun.
Seburuk apapun
kamu rasa ini tetap terpaku untukmu, karena aku berharap dan terus berharap
perubahan itu ada..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar