logo design

Minggu, 04 Agustus 2013

Pare, Jantung Kenanganku (Eps.2)

Seiring berlalunya tanggal 25 juni 2013, Pare, Kampung Inggris, semakin terasa istimewanya, keakraban kita sebagai teman dibumi hanguskan karena kita semua bukan lagi teman tetapi saudara.  Hari demi hari kita lalui bersama-sama tanpa berpikir kita disini untuk apa, yah harusnya kita belajar berbahasa inggris namun kegiatan itu diiringi dengan lingkungan kekeluargaan yang sangat hangat, bagai matahari yang selalu menyinari bumi dua puluh empat jam.

Saya disana merasakan hidup sebagai traveler, liburan pertama selama saya bertahan hidup dipare adalah menuju “Bromo”, tidak mahal, hanya 150 ribu rupiah (duit orang tua nih). Malam keberangkatan ke bromo pun tiba dimana teman-teman saya sibuk memperhatikan bawaan barang yang banyak, namun saya dan teman saya fandi hanya membawa jaket dan topi, tak lupa dompet juga pasti dong. Semua telah siap ! Let’s Goooo !!

Perjalanan malam terasa mengasyikkan, sejuknya udara malam membuat nyaman raga ini. Jundi, nama orang ini muncul sebagai trending topic pada ruang lingkup teman-teman saya, karena dia satu-satunya teman saya yang melakukan aksi “Throw Up”. Yah begitulah hidup, perbedaan membawa segalanya menjadi indah dan mencetak kenangan (mungkin tak indah bagi Jundi).

Bromo, dingin, terlalu dingin bagi daya tahan tubuh yang lemah. Berjalan menuju spot sunrise bersama rombongan anak-anak Marvelous, eh saya kebelet pipis tuh sama si Aji, terpaksa pipis dibalik mobil jeep (cuuurrrr, merinding kedinginan). Selesei sudah ekskresi yang  kita buang. Perjalanan pun dilanjutkan, melangkahkan kaki dengan nafas yang terengah-engah (kekurangan oksigen), hingga pada akhirnya kita semua berdiri dispot sunrise bromo. Suatu ketika kita berfoto bersama dengan orang china (China dari Jakarta), hal ini menjadi konyol bagiku, entah kekonyolan seperti apa bisa-bisanya foto bareng orang China tapi dari Jakarta.


Masih banyak lagi cerita yang konyol dari pengalamanku di “spot sunrise bromo”.

COOL
Savana, tujuan lanjutan setelah sunrise, hal ini terlihat sangat indah dengan betapa luasnya padang rumput yang terhampar, tempat ini pernah saya temui di televisi (rumah teletubies) namun lagi-lagi saya kebelet pipis bersama teman-teman yang lain, Guruh, Fandi, Agung, hmmm siapa lagi yah ?? (maaf sedikit lupa).. hehe


Pipis berjamaah pun dilakukan dibalik semak-semak. Eh ada orang boker tuh, tapi saya nggak tau jelasnya (cuma insting), lagian jongkok sih. Oh savanaku kau begitu hijau dimataku begitu sejuk dimataku (huff, habis pake obat mata rasa mint kali yah jadi sejuk). Kegiatan yang bisa dilakukan disana hanya foto-foto dan menikmati pemandangan alam, yah ada pasangan sejoli “Take Picture” by fotographer, lokasinya sih tepat tapi bagi saya dandanannya itu loh yang bikin gigit jari, gelap mata sudah pandanganku (intermezzo).

Kawah Bromo, tujuan ketiga yang paling aneh yang pernah saya kunjungi, hanya melakukan setengah perjalanan (mungkin seperempat) menuju kawah bromo dan akhirnya nggak jadi karena waktu yang mepet, tapi hanya dua orang yang berani melawan waktu, Abdul dan Guruh, seperti halnya menggapai cita-cita (melihat kawah Bromo) mereka mempercepat laju pergerakan langkah kaki hingga persendian tak memiliki kesempatan untuk dilumasi (apaan sih). Kita hanya lagi dan lagi-lagi berfoto ria dihamparan pasir tempat saya berpijak dengan latar bukit yang hijau lalu saya dan kawan-kawan berpose (jepreetttt). Lha ? posenya manaa ? (picture result : hanya berdiri dan tersenyum, sebagian jongkok). Ini kisah akhir dari bromo, menunggu, panas, cepatlah kembali Abdul dan Guruh !! kami menunggumuuuu. We wait for both of you !

Tunggu Episode Ke-3






2 komentar: